Pages

Kamis, 30 April 2009

Ki Ledjar Soebroto

oleh: Henry Adrian

Usia yang telah senja tak menjadi kendala bagi mbah Ledjar untuk terus berkarya. Ia biasanya membuat wayang dari siang hingga dini hari. Dalam sehari, mbah Ledjar bisa menciptakan beberapa wayang sekaligus. (Henry Adrian)
Sebagai sebuah medium untuk menjembatani anak-anak bangsa agar dapat mencintai kembali wayang, mbah Ledjar pun menciptakan wayang Kancil. Meski begitu, karya seni ini seringkali justru lebih banyak diapresiasi oleh orang-orang dari luar negeri daripada dari dalam negeri. (Henry Adrian)
Pada awal kemunculannya, pertunjukkan wayang kancil digelar sesaat sebelum pertunjukan wayang Purwa digelar. Hal ini dilakukan agar anak-anak dapat melihat sisi lain dari seni pertunjukan wayang. Dalam pertunjukannya, cerita-cerita dalam wayang Kancil ini dimasuki berbagai unsur pendidikan yang sarat makna namun diceritakan secara sederhana. (Henry Adrian)
Mbah Ledjar lahir dari keluarga seniman. Ayahnya adalah seorang penabuh gamelan dalam pertunjukan ketoprak keliling. Namun masa kecilnya tidak berjalan dengan baik. Karena ketidakharmonisan dalam keluarga, ia akhirnya dititipkan oleh keluarganya untuk dirawat neneknya. (Henry Adrian)
Bengkel kerja yang sederhana menjadi tempat mbah Ledjar menciptakan dan menuangkan segala ide dan mengubahnya menjadi karya seni. Di ruangan yang sempit ini, telah tercipta banyak karya wayang mbah Ledjar yang diakui oleh dunia internasional. (Henry Adrian)
Dalam kesehariannya, mbah Ledjar selalu ditemani oleh istrinya yang bernama Kardjiyah. Dahulu, istri mbah Ledjar ini seringkali berpergian ke Jakarta seorang diri untuk membantu penjualan wayang yang dibuat mbah Ledjar. Namun sekitar tiga tahun yang lalu, ia sudah tidak dapat lagi melakukannya. Hal ini disebabkan karena sekarang ia telah kesulitan untuk berjalan dan harus dibantu oleh alat bantu berjalan setelah terjatuh ketika sedang berada di dapur. (Henry Adrian)
Tweet Share