Pages

Minggu, 10 Juli 2011

Ikan Cakalang dari Blora

Catatan Sepuluh Tahun Pengasingan dan Pembuangan

oleh: Henry Adrian

Hampir seharian ratusan tahanan politik itu dijemur di Pelabuhan Sodong, Nusa Kambangan. Mereka menunggu kapal yang akan membawa mereka ke Pulau Buru, Maluku. Sebuah pulau yang akan menjadi tempat pengasingan bagi mereka. 
Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang dipenjara di Pulau Buru, menyelesaikan karya-karyanya dengan sebuah mesin tik tua pada masa penahanannya. (Sindhunata)

Selagi menunggu kapal, beberapa tahanan beramai-ramai memakan daun bluntas mentah yang terletak di sejalur pagar bluntas dekat tempat mereka berbaris. Daun yang dipenuhi oleh debu jalanan ini tak sempat dicuci, andaikata sempat pun, mereka akan kena pukul terlebih dulu sebelum sempat meninggalkan barisan. Salah satu tahanan pemakan daun bluntas tersebut bernama Pramoedya Ananta Toer.
Pria yang saat itu berusia 44 tahun ini menceritakan bagaimana para tahanan melawan kelaparan. Sebagian memakan tikus kakus yang gemuk dan besar. Lainnya memakan bonggol pepaya ataupun pisang tanpa dimasak. Adapula yang memakan lintah darat. Bahkan, ada seorang tahanan yang menelan cicak mentah-mentah. “Keberanian menantang kelaparan adalah kepahlawanan tersendiri,” ungkap Pramoedya dalam bukunya ini.

Buku Nyanyi Sunyi Seorang Bisu berisi catatan pengalaman Pramoedya saat ditahan selama sepuluh tahun di Pulau Buru. Tanpa ada proses peradilan, Pram, begitu sapaan akrab Pramoedya, diasingkan di pulau tersebut antara tahun 1969-1979.
Semua tulisan dalam buku ini ditulis setelah tahun 1973, tahun di mana Pram mulai diperbolehkan untuk menulis. Namun, diperbolehkan untuk menulis tidak sama dengan diperbolehkan untuk memiliki hasil tulisannya tersebut. Beberapa kali tulisan Pram disita dan tak dikembalikan. Buku ini disusun dari ratusan lembar kertas catatan yang berserakan. Sebagian kertas itu telah rusak, sedangkan yang lainnya telah hilang.
Pram ikut dalam gelombang pertama pengangkutan tahanan politik ke Pulau Buru. Total tahanan gelombang pertama yang dibawa ke Pulau Buru berjumlah 850 orang. Semuanya merupakan laki-laki dan berasal dari dua RTC (Rumah Tahanan C(K)husus) yang ada di Jawa, yaitu di Jalan Salemba, Jakarta Pusat dan Tangerang. Penyebutan rumah tahanan menjadi rumah tahanan khusus terjadi sejak ribuan orang ditangkap karena dituduh terlibat dalam peristiwa G30S.
Dalam pengangkutan tersebut, Pram dan ratusan tahanan lainnya dibawa dengan KM ADRI XV (Kapal Motor Angkatan Darat Republik Indonesia). Sebuah kapal bekas Perang Dunia II berbobot 3.500 ton yang selalu terengah-engah. “Kadang mogok, berhenti, jadi permainan ombak di tengah laut, kapal kami, kapal negara kepulauan terbesar di muka bumi!” ungkap Pram. Setelah membawa ratusan tahanan ke Pulau Buru, kapal ini pun akhirnya tenggelam dalam perjalanannya menuju dok di Hongkong.
Rombongan Pramoedya ditempatkan dan dikunci di hidung haluan kapal. Di depannya terdapat kakus yang telah ditumpuki oleh kotoran manusia. Kontan, Pram dan teman-temannya pun langsung membersihkan kakus tersebut. Kototan-kotoran itu disiram dengan air. Namun ai... bukannya turun ke saluran pembuangan, kotoran itu justru menjelma menjadi rawa lumpur. Saluran pembuangan mampet. Alhasil, ketika kapal sedikit terangkat karena ombak, genangan rawa lumpur kotoran itu pun membanjiri ruangan tempat Pram dan teman-temannya berada.
“Dan hero-hero kotoran manusia tercengang? Terperangah? Tidak! Waktu baru memasuki barak yang ditunjuk di penjara Karang Tengah, Nusa Kambangan, onggokan kotoran manusia juga yang ditemui di seluruh barak… Bedanya, lantai barak penjara dari tanah, lantai kapal ini dari besi karatan,” ucap Pram dalam buku yang pertama kali terbit dalam edisi Belanda berjudul Lied van een Stomme ini.
Kisah diatas merupakan bab pertama dari buku Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. Dalam bab berjudul Permenungan dan Pengapungan tersebut, Pram menceritakan awal perjalanannya menuju Pulau Buru. Dalam bab ini, ada salah satu cerita yang menarik tentang ikan Cakalang. Pram menceritakan pengalamannya saat sedang melintasi laut Banda yang merupakan gudang ikan cakalang. “Dalam hidupnya, jenis yang satu ini terus-menerus berenang dengan kecepatan paling tidak 20 mil/jam. Kalau tidak, sistem saluran darahnya yang berada di bawah kulit akan beku. Dia pilih mati daripada berhenti,” tutur Pram.
Dalam bab-bab selanjutnya, buku ini menceritakan kisah penahanan Pram di Pulau Buru. Ada pula surat dari Titiek, anaknya, kepada Pram. Di Pulau Buru, surat telah menjadi milik umum. Hampir semua tahanan ingin tahu bagaimana kabar keluarga teman senasibnya. Akhirnya mereka pun sama-sama meneteskan air mata. Dan Pram, ia tetap menuliskan surat balasan pada anak yang selalu menunggunya di depan rumah setiap hari. Meski ia sendiri sadar bahwa surat yang ia tulis tak bakal bisa dikirimkannya.
Kerinduan pada keluarga merupakan hal yang lumrah bagi para tapol. Bahkan ketika masih di Jawa, ada seorang anak tapol yang mencari bapaknya dari penjara ke penjara. Setelah menemukan bapaknya, anak tersebut tak mau pulang. Ia pun lantas ikut hidup dalam tahanan dan mendapat julukan tapil (tapol kecil). Namun ketika bapaknya dibebaskan, anak ini justru tidak ikut dibebaskan. Ia justru ikut dibuang ke Pulau Buru. Bayangkan, anak berumur sekitar 13 tahun dibuang ke Pulau Buru!
Dahulu, pengasingan di Pulau Buru disebut sebagai Proyek Kemanusiaan Tefaat (Tempat Pemanfaatan Tapol) Buru. Di pulau tersebut, Pram dan teman-temannya menjalani kerja paksa. Sebagian mati karena kerja paksa yang tak manusiawi tersebut. Sebagian lainnya mati karena kelaparan ataupun disiksa oleh aparat di Pulau Buru. Sisanya, ada yang mati tenggelam saat memancing ataupun dipenggal kepalanya oleh penduduk setempat. Maklum, tidak semua penduduk Pulau Buru dapat bersahabat dengan para tapol.
Hampir semua penduduk Pulau Buru bergantung pada alam dan hidup berpindah-pindah. Mereka tentu sangat terganggu dengan para tapol yang mendapat tugas membabat hutan, membuka ladang, dan membangun jalan. Pramoedya menyebut masa penahanannya ini sebagai “invasi legendaris yang dibiayai oleh orang-orang buangan tanpa status.”
Salah satu kamp yang menjadi tempat penyiksaan para tapol bernama Jigo Kecil. Di kamp pengasingan tersebut, para tapol seringkali diperlakukan secara sadis hingga meninggal oleh para aparat yang bertugas di Pulau Buru. Tak pernah ada tuntutan hukum pada aparat yang membunuh tapol di tempat ini.
Saat itu, sekitar 12.000 orang tapol diasingkan di Pulau Buru. Pada bagian akhir buku ini, Pram menghitung jumlah orang yang meninggal di Pulau Buru mencapai 337 orang. Meski begitu, jumlah ini masih dapat membesar. Pencatatan yang dilakukan Pram dan teman-temannya sesama tapol hanya berdasar ingatan.
Ketika ditahan di Pulau Buru, beberapa tapol sering dituduh melakukan pemberontakan dan perlawanan terhadap aparat yang mengawasi mereka. Tuduhan ini dilakukan secara terus menerus dan sistematis. Sejak itu Pram pun sadar. “Apa yang dituduhkan pada tapol sebenarnya apa yang diharapkan dilakukan oleh tapol. Suatu metode dalam kejahatan politik yang baru pertama kali kukenal,” ungkap Pram.
Meski begitu, usaha para aparat ini tidak berhasil. Mereka tetap tak melawan. Pembenaran yang berusaha dicari Orde Baru atas penahanan mereka pun akhirnya menjadi tak beralasan. Dunia internasional terus-menerus meminta para tahanan dibebaskan. Para Tapol ini pun akhirnya dibebaskan secara bertahap, termasuk Pram sendiri.  
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu merupakan bagian dari sejarah kelam Indonesia. Suatu ketika, seorang wartawan bernama Rosihan Anwar pernah berkata pada Pram, “pengalamanmu tragis pram.” “Jangan dikatakan suatu tragedi,” balas Pram. Bagi Pram, setiap pengalaman merupakan pondasi bagi orang yang dapat menilainya secara tepat untuk hidupnya kemudian. Semoga negara ini juga dapat menjadikan Pulau Buru sebagai pondasi untuk menciptakan kehidupan bernegara yang lebih manusiawai. Kalau tidak, akan semakin banyak terdengar nyanyi sunyi orang-orang bisu lainnya.

Judul buku // Nyanyi Sunyi Seorang Bisu
Penulis // Pramoedya Ananta Toer
Penerbit // Lentera
Tahun terbit // Februari 1995
Halaman // xv + 319




1 komentar:

  1. Pragmatic Play announces a new online slots and casino games
    Pragmatic Play releases new slot games · Fruit 여수 출장샵 Party 3 · 군포 출장마사지 The Dog 서산 출장안마 House 2 안양 출장안마 · The Biggest Win! · Gonzo's Quest · Jackpot 6000 김제 출장마사지 · The Dog House

    BalasHapus

Tweet Share